Every moment is awesome

Jumat, 17 Februari 2012


You could be my unintended
Choice to live my life extended
You could be the one I'll always love
You could be the one who listens
To my deepest inquisitions
You could be the one I'll always love

I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken
Pieces of the life I had before

First there was the one who challenged
All my dreams and all my balance
She could never be as good as you
You could be my unintended
Choice to live my life extended
You could be the one I'll always love

I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken
Pieces of the life I had before

I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken
Pieces of the life I had before

Kamis, 16 Februari 2012

Aku Mencintaimu, Suamiku (skenario amatiran : tugas sekolah)


SCENE I : Nissa

Cinta itu butuh kesabaran…Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita??? Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita... Aku menjadi perempuan yg paling bahagia... Pernikahan kami sederhana namun meriah... Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu. Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.*

*(Prolog peran mempelai wanita : Nissa, yang mengiringi adegan pernikahan saat Ijab-Qabul diaula megah sebuah masjid ternama dikawasan Cinere Jakarta Selatan Masjid Dian Al-Mahri)
Faturrahman                : “Saya terima nikah dan kawinnya Henny Chairunnisa binti Yahya dengan mas kawin 21 gram dan uang tunai senilai duapuluh satu ribu tujuh ratus sepuluh rupiah serta seperangkat alat sholat dibayar tunai.”
Penghulu                     : “Bagaimana suadara-saudra? Sah?”
Saksi & Para tamu       : “Sah!!” (dengan nada gembira serta bersyukur atas sahnya pernikahan)
Penghulu                     : “Alhamdulillahirobbil alamin”
Saat pernikahan, kami mengenakan busana yang indah bak seorang ratu dan raja dari timur tengah dengan aksen busana model kebaya muslim modern berwarna merah marun yang ku kenakan disertakan mahkota indah yang menghiasi jilbab. Suamiku mengenakan busana pernikahan untuk pria yang berwarna dan bercorak sama dengan kebaya yang ku kenakan. Wajahny terlihat seperti Raja yang kucintai dengan hiasan kopiah merah marun dikepalanya yang menandakan ia akan menjadi imamku dalam keluarga ku. Nama suamiku “Faturrahman” aku memanggil dia dengan sebutan Mas Fatur. Sekali lagi aku mencintainya.*

*(Prolog peran wanita : Nissa ini terjadi seiring dengan pernikahan yang megah diaula masjid dian al-Mahri dengan resepsi pernikahan bernuansa muslim serta beraksen merah marun bercampur warna gold)

Ketika kami berpacaran Mas Fatur sudah sukses dalam karirnya. Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu... Panngilan manja Mas Fatur kepada ku adalah Nissa itu saat kami masih dalam ikatan pacaran.*
*(Prolog  Nissa)
(Adegan : Memutar lagi waktu pada saat Nissa & Faturrahman dalam masa penjajakan. Pada saat itu tempat yang paling disukai Nissa & Fatur ketika masih dalam ikatan penjajakan adalah disebuah tepian danau dan padang rumput yang indah. Disekeliling danau tersebut terdapat padang rumput yang luas dengan tumbuhnya ilalang dan bunga-bunga yang indah. Kawasan tersebut tepatnya di desa Ciseeng, Bogor, Jawa Barat. Mereka menghabiskan waktu berdua setiap akhir pekan ketika libur kerja untuk saling tukar pikiran / sharing. Mereka tertawa bersama dan melakukan hal yang menyenangkan disana. Mereka tampak bahagia)

Fatur    : “ Nissa, aku berjanji akan menjadikanmu pendamping hidupku untuk selamanya. Karena aku mencintaimu dan kita akan segera menikah. Jika kita menikah nanti aku berjanji kan mengajakmu berbulan madu ditanah suci. Aku berjanji dengan janji atas izin Alloh.”
Nissa   : “Ya aku juga mencintaimu. Insya Alloh jika Alloh menghendaki rencanamu. Jika tak bisa aku tidak menuntut apapun darimu. Karena aku mencari berapa banyak iman dihatimu yang kamu miliki, bukan mencari berapa banyak uang yang kamu punya untuk kita menikah dan berbulan madu dimana setelah menikah! Satu hal yang harus kamu ketahui apapun akan kulakukan untukmu ketika kamu menjadi imamku nanti.”
Fatur    : “Aku berjanji. Hanya untukmu.”
(Adegan : Fatur dan Nissa saling menautkan jari kelingking menandakan janji mereka yang suci hal demikian sering mereka lakukan saat masa ikatan penjajakan mereka ataupun setelah mereka menikah).
Dan setelah menikah, aku mengajak suamiku untuk umroh ke tanah suci... *

*(Prolog : Nissa)
(Adegan : satu minggu stelah acara pernikahan, fatur & nissa berbulan madu ditanah suci. Pertama mereka pergi untuk melaksanakan ibadah umroh terlebih dahulu sebelum mereka berlibur dan berbulan madu. Mereka melakukan ibadah umroh seprti mngunjungi ka’bah berdua dengan khusuk mengenakan baju ibadah umroh. Fatur mengenakan pakaian put h atau yang biasa disebut pakaian ihrom dan Nissa mengenakn busana muslim gamis panjang berwarna putih dengan jilabab putih. Setelah melakukan ibadah umroh mereka berlibur dan berbulan madu. Mereka bermalam di mina dan melakukan hubungan suami-istri. Saling memanjakan diri satu sama lain. Siang harinya mereka berlibur melihat sekeliling Saudi Arabia. Mengunjungi tempat-tempat bersejarah, menunggangi onta dig urn pasir dan merka melakukan hal-hal menyenagkan selama satu bulan di negri 1001 malam).
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku. Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.*

*(Prolog : Nissa)
(Adegan : Kehidupan rumah tangga Nissa & Fatur sangat harmonis. Mereka tinggal dirumah berdua. Setiap fatur pulang kerja nissa selalu menyambut fatur dengan penuh rasa ikhlas & cinta. Nissa mencuci kaki fatur dengan air hangat saat fatur akan masuk rumah dan nissapun langsung melayani kebutuhan fatur dengan sigap. Seperti melayani makan malam dan saling bertukar cerita).

(Adegan : dialog Nissa & Fatur pada saat makan malam di hari jum’at)
Faturr  : “Bunda, kamu sudah sholat isya say?”
Nissa   : “ Belum yah, aku menuggu kamu pulang agar kita bisa sholat berjama’ah. Ayah mau berjama’ah kan?”
Fatur    : “Iya bun aku belum sholat, usai makan aku mandi lalu kita sholat yuuk say!”
Nissa   : “Iya suamiku tercinta. Aku sayang kamu.”
Fatur    : “Aku juga sayang padamu”
(Adegan : Mereka melakukan sholat berjama’ah, Kebiasaan sholat berjama’ah sering mereka lakukan dan susainya Nissa mencium tangan suaminya dengan penuh rasa hormat dan cinta kepada suami. Kemudian mereka saling cerita dan bertukar pikiran mengenai hal-hal yang menarik).
Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami. Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya. Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku… Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.*

*(Prolog Nissa)
(Adegan : Suatu hari seusai fatur & nissa melakukan sholat berjama’ah. Nissa mengajak fatur untuk  berbicara mengenai sang buah hati yang ia idamkan untuk suaminya dan meramaikan keluarga kecinya)
Fatur    : “Istriku tercinta, ada apa? Kok dari tadi ayah liat bunda resah, terus mukanya tegang lagi. Bunda mau bicara sama ayah? Bunda lagi galau yah? Heheheh
Nissa   : “Ayah, bunda serius nih. Bunda takut yah.. bunda sedih…”
Fatur    : “Apa yang bunda takutkan? Kan ada ayah yang selalu nemenin bunda, ada dolly kelinci kecil kita yang sering nemenin bunda. Bunda sedih kenpa sayang? Ayah gak mau liat istri ayah sedih, kalo bunda sedih bunda jadi jelek ah nagis mulu, ayah jadi ikutan seih juga kalo bunda sedih, abis istri ayah nggak cantik lagi sih kalo nangis jadinya ayah sedih… hehehe
Nissa   : “ iih, ayah bunda kesel deh ah sama ayah.. bunda bête jadinya sama ayah!”
Fatur    : “ Iya deh istriku sayang, yuuk ceritakan sama yah ada apa? Terus apa yang bunda takutkan dan bunda tangisi?
Nissa   : “Ayah, kita menikah udah hampir 5 tahun tapi sampai sekarang bunda belum bisa memberikan ayah malaikat kecil diantara keluarga kita. Bunda takut yah kalau sampai bunda nggak bisa memberikan yang terbaik buat ayah. Bunda khawatir kalau sutu saat ayah ninggalin bunda karena bunda telah dinyatakan tidak dapat memperoleh keturunan atau mandul oleh dokter. (sambil mentikan air mata)
Fatur    : “Bunda sayang, tatap mata ayah! Ayah tidak pernah memaksakan bundakan dari awal kita pertama bertemu. Bahkan ayah pun nggak pernah memaksakan bunda untuk segera mempunyai malaikat kecil ditengah keluarga kita saat bahkan setelah kita menikah. Mungkin Alloh belum mempercayai kita untuk memiliki malaikat kecil diantara kita. Lagipula bunda sekarang lagi aktif di organisasi social, jadi jalani saja dulu dengan ikhtiar juga say. Bunda jangan sedih lagi yah, jangan takut.. kan ada ayah yang akan menjaga bunda! Yang harus bunda lakukan adalah terus ikhtiar dan berdo’a jika bunda mau memiliki malaikat yang akan Alloh titipkan pada kita. Insya Alloh, apa yang bunda inginkan akan dikehendaki Alloh, semuanya kan sudah diatur sama Alloh zat pengatur bumi.
(Adegan : saat itu fatur mengusap pipi nissa yang dibasahi air mata dan mencium bibir nissa dengan penuh rasa cinta. Mereka saling bertukar ciuman. Terlihat sangat mesra dan romantis).
Fatur    : “Ayah terima apapun kekurangan bunda seperti bunda menerima ayah hanya dengan iman yang ayah miliki saat kali pertama kita pacaran dulu. Bunda yang tercantik diantara seribu bidadari, bunda jangn sedih lagi yah… ayah sayang bunda.
Nissa   : “Terimakasih yah sayang, aku jadi nggak sedih lagi… aku juga sayang ayah…”
Fatur    : “Yasudah sekarang kita keliling komplek yuuk say.. kita naik sepeda.. bunda mau kan?
Nissa   : “Yuuk,, bunda siap-siap dulu ya..!
Saat itu aku masih tegar masalah utama dalam hidupku. Namun keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku… Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka….*

*(Prolog : Nissa)
(Adegan : perlakuan kasar dari orang tua Fatur kepada Nissa. Tidak hanya orang tua fatur tetapi adik perempuan fatur pun memperlakukan nissa secara tidak hormat)



Suatu ketika suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu. Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.*

*(Prolog : Nissa)
(Adegan : sesuai prolog yang diceritakan oleh Nissa prolog tersebut mengiringi adegan yang sesuai. Mulai dari kecelakaan yang terjadi pada fatur di jalan tol ketika pulang dari tugas ke luar kota. Hinnga fatur dirawat dirumah sakit dalam kondisi yang parah. Ssat itu fatur sempat mengalami koma panjang akibat pendarah yang dialaminya dibagian hidung dan kepala. Dua pekan fatur tidak sadarkan diri dan stiap harinya Nissa yang menemani fatur siang & malam sambil membacakan ayat-ayat suci al-qur’an. Selain itu nissa juga sibuk bolak-balik rumah sakit dengan tempat ia melakukan aktifitasnya)
Hari ke 14 suamiku dirawat dirumah sakit. Ketika itu aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah untuk menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan untuk merawat suamiku. Saat itu aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku. Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.*

*(Prolog : Nissa)
(Adegan yang terjadi persis sesuai prolog nissa diatas)
Nissa   : “Assalammu’alaikum” (sambil membuka pintu)
Fatur    : “Walaikumsalam warohmatulloh”
(Adegan : saat itu hanya fatur yang menjawab salam nissa. Bahkan ibu mertua nissa dan adik iparnya tidak menjawab salam dari nissa malah mereka hanya melontarkan pandangan sinis kepada nissa. Nissa berdiam sejenak didepan pintu dan semua orang di kamar rumah sakit fatur memandinginya. ).
Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 13 hari mata nya selalu tertutup. Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. *

*(Prolog : Nissa)
(Adegan : Nissa menghampiri fatur dan mencium tangannya. Nissa tersenyum melihat wajah fatur yang telah pulih dari komanya. Begitupun dengan Fatur yang menatap wajah Nissa dengan penuh kemanjaan sang suami kepada Istri. Kondisi tersebut karena Fatur amat rindu kepada Nissa istrinya karena sudah lama ia tak melihatny istrinya. Hal tersebut terjadi karena Fatur mengalami masa koma yang panjang selama dua pekan. Kemudian ibu fatur berbicara kepada nissa kali ini beliau mengenalakna nissa kepada temanya fatur)

Ibu Mertua      : “Nis, kenalkan ini Selly teman Fatur”.
Nissa               : “ ohh,, salam kenal saya Nissa (berjabat Tangan dengan Selly perempuan yang dikenalkan pada Nissa)
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Selly dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.*

*(Prolog : Nissa)
(Adegan Sesuai dengan Prolog)
Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Febri mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.*

*(Prolog : Nissa. dengan adegan yang sesuai prolog tersebut)
Febri    : ”Lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”
Nissa   : “Kenapa? Fatur suamiku, dan kewajibanku sebagai seorang istri adalah merawatnya disaat ia sedang membutuhkan.”
Febri    : “Sudahlah lebih baik kau istirahat saja. Lagi pula akhir-akhir ini kau terlihat pucat dan kurus. Kelopak matamu pun terlihat kehitaman karena kurang tidur. Kami tidak memerlukan bantuanmu lagi. Pergi sajalah kau. Mama yang menyuruhku untuk memulangkanmu!”
Nissa   : “Baiklah jika itu yang kau inginkan, aku akan pamit dengan suamiku!”
Febri    : “Tidak, kau langsung pulang saja. Kau tidak peru pamit pada Abang.”
Nissa   : “Memangnya kenapa? Mas Fatur kan suamiku. Segala sesuatu tentang aku dia harus tau.”
Febri    : “Niss, kamu ini orang yang keras kepala yah.. lebih baik kau langsung pulang saja biar nanti aku yang menyampaikannya pada abang.”
Nissa   : “Maksudmu apa sih? Memangnya salah yah kalau aku berpamitan pada suamiku? Apa hak kamu melarangku?
(Adegan : Nissa dan Febri saling berdebat hebat di kantin rumah sakit hingga orang disekelilingnya pun melihat. Kemudian ibu mertua Nissa pun datang).
Ibu Mertua      : “Ada apa ini kalian saling bertengkar ditempat umum seperti ini? Nissa, kenapa kau tidak menurut dengan apa yang febri katakan? Dasar kamu perempuan tidak tahu diri berani menentang semua perkataan yang ku perintahkan melalui febri. Nantinya juga febri akan menyampaikan alasan pada Fatur mengapa kamu pulang. Sekarang aku sudah muak padamu. Lebih baik kamu pulang atau kamu harus pisah dengan Fatur!!” (dengan suara lantang dan keras serta ekspresi wajah marah kepa nissa)
Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata. Nantinya pun suamiku juga menurut apa yang akan dikatakan orang tuanya. Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)

Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain. Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.*

*(Prolog : Nissa. dengan adegan yang sesuai prolog tersebut)
Nissa   : “Ada apa kamu memanggilku?”
Fatur    : “Besok aku akan menjenguk keluargaku di Manado”
Nissa   : “Iya sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?”
Fatur    : “Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku” (Jawab Fatur dengan tegas)
Nissa   : “Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?” (tanya nissa balik kepada fatur penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal nissa telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya).
Fatur    : “Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti.” (jawabnya tegas). ”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, (lanjut fatur  sambil memeluk Nissa dan mencium kening nissa.

Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya. Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku. Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku. Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami. Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Manado, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi.*

*(Prolog : Nissa. dengan adegan yang sesuai prolog tersebut)
Fatur    : “Bunda sayang, jangan mengis. apapun yang terjadi ayah akan tetap mencintai bunda dengan sepenuh hati. Ingat janji kita awal bertemu. Bahagia berdua samapi surga. (fatur mengacungkan kelingkingnya agar nissa dapat menautkan kelingnya. Dan mereka saling menautkan jari kelingking).
Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya. Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi. Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku. Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya. Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)

Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Manado. Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.*

*(Prolog : Nissa. Adegan terjadi sesuai dengan prolog tersebut. Nissa mengalami pendarahan yang banyak hingga dirinya sempat tak sadarkan diri ketika pendarahan tersebut terjadi.)

Dokter             : “Ibu Nissa, sbenarnya saya harus mengatakan hal buruk yang terjadi pada diri anda. Terutama pada bagian dimana anda mengalami rasa sakit. Yaitu bagian rahim anda. Tetapi saya harus mengatak ini pada suami anda terlebih dulu. Boeh saya tau siapa yang menemani anda saat ini?

Nissa    : “Suami saya sedang pulang ke kampong halamanya dok di Manado. Lebih baik dokter bilang saja pada saya lansung apa yang terjaid pada diri saya? Insya Alloh nanti saya akan menyampaikannya pada suami saya.”

Dokter : “Ibu mengalami kanker mulut rahim. Ini sangat membahayakan nyawa ibu dan kami telah mendiagnosa bahwa ibu tidak dapat memiliki keturunan.

Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi.. Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku. Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu.. Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku.. Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Manado. Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Manado, aku akan cerita padanya.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)

Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung… Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk. Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms. Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”. Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)

Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah. Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini. Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami. Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya.. Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku.. Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta. Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihatnya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog tersebut).

Nissa : “Ayah, ayah… ayah mau kemana???” (Nissa memanggil Fatur dengan nada yang agak keras tetapi Fatur tak mendengarkannya)

Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi. Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku? Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Febri yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)

(Percakapan dalam telepon antara Nissa dengan Febri)

Nissa    : “Assalamu’alaikum”

Febri    : “Walaikumsalam. Ada apa niss?

Nissa    : “Febri mas fatur ada dirumah mama yah? Tadi dia langsunh pergi pagi-pagi sekali tanpa pamit dan mendengarkan suara panggilan ku. Kenapa yah feb? ada apa sama mas fatur?” (dengan nada khawatir dan cemas)

Febri    : “Loe pikir aja sendiri!!!”. (Telpon pun langsung terputus dengan suara gebrakan tutup telpon yang nyaring)

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.*

*(Prolog : Nissa)

(Adegan : Pagi hari Nissa ingin mencoba melakukan pendekatan kepada Fatur. Hal itu dilakukan karena Nissa merasa perubahan total terhadap diri Fatur. Nissa membuatkan sarapan roti isi keju, makan paforit Fatur. Lau Nissa mengajak Fatur untuk berkeliling komplek dengan sepedah.

Nissa    : “Ayah, bunda udah buatkan sarapan nih buat ayah… roti keju ala bunda… stelah sarapan kita keliling kompek naik sepeda yuuk say….

Fatur    : “Terimaksih, tapi pagi ini aku merasa kenyang. Dan aku sedang tidak ingin keliling komplek pagi ini.








Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah. Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku.*

*(Prolog : Nissa)

(Adegan : Sore hari nissa pulang terlambat setengah jam dari hari biasanya. Karena perjalanan pulang dari tempat sosial yang menjadi aktiftasnya sehari-hari macet total. Sesampainya dirumah Nissa disambut dengan Fatur yang memasang wajah tak enak dipandang).

Fatur    : “Darimana? Kenpa terlambat lama sekali?” (Dengan intonasi suara yang sinis dan tidak enak)

Nissa    : “Aku dari tempat santunan yah. Tadi di tendean macet jadi aku terlamabat setengah jam dari hari biasa.
Fatur    : “Pulang sama siapa kamu?”

Nissa    : “Aku pulang sama teman ku. Tadi kami naik bus kota bersamaan.”

Fatur    : “Jangan bohong. Jawab jujur, kamu pasti pulang sama Taqi kan? Mantan pacarmu itu. Seama ini kamu bersamnya kan? Kamu selingkuh kan dengan dia?” (dengan nada membentak dan kasar)

Nissa    : “Astagfirulloh aladzim,, yah istighfar.. Bunda jalan sama Desty teman baikku. Bunda tidak pernah mengkhianati ayah. Bunda mencintai ayah dan Bunda tidak pernah berbohong. (dengan muka yang sedih dan tangan yang hampir saja menampar Fatur)

Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang. Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.*

 *(Prolog : Nissa)

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan. Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir. Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku. Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sama persis dengan prolog tersebut)



(Adegan : Suatu malam setelah makan malam, Fatur mengajak Nissa untuk berbicara hal penting. Itu adalah ajakan kali pertamnya Fatur kepada Nissa setelah terdiam dan bersikap dingin selama dua tahun lamanya)

Fatur    : “Niss, ada hal penting yang harus aku bicarakan padamu!

Nissa    : “Ya, ada apa Yah!” (sahutku Nissa memanggil nama kesayangan Fatur “Ayah”)

Fatur    : “Lusa kita siap-siap ke Manado ya.” (Jawabnya tegas)

Nissa    : “Ada apa? Mengapa?” (sahut Nissa penuh dengan keheranan)

Fatur    : “”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!” (jawab fatur dengan bentakkan pada Nissa)

Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.*

*(Prolog : Nissa. Adegan terjadi sesuai dengan prolog)


Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi. Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa. Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..*

 *(Prolog : Nissa. Adegan terjadi sesuai dengan prolog)

Kami telah sampai di Manado, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini.. Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya. Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai yang terjadi pada prolog tersebut)

Tante Lia         : “Nissa, bagaimana kabarmu? Lama aku tidak melihatmu.”

Nissa                : “Alhamdulillah, aku baik-baik saja tante. Bagaimana dengan tante dan keluarga disini?

Tante Lia         : “Alhamdulillah. Tante dan sekelurga baik-baik saja. Ohya kita keluar ruang tengah yuukk nis, kelurga besar Fatur sudah berkumpul. Ada hal yang ingin dibicarakan denganmu niss!”

Nissa                : “Baiklah.” (dengan hati yang takut serta persaan khwatir yang tergambar jelas di wajahnya nissa pun keluar menuju ruang tengah)

Aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda. Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya. Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog yang diceritakan tersebut)

Nenek              : “Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Nissa”. (Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam).

Nissa                : ”Ada apa ya Nek?” (sahut Nissa dengan penuh tanya)

Nenek              : “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“. (Jawab nenek dengan nada tegas)

Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog tersebut)

Nenek              : “Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fatur, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fatur anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” (Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Manado seperti itu semua. Nissa hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suaminya, Fatur yang kosong matanya. Lalu nenek melanjutkan pembicaraanya).

Nenek              : “Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, (neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu. Sedangkan Fatur hanya terdiam saja)

Aku mlihat air mata yang mengalir di wajah suamiku. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu. Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog tersebut)

Nnenek            : “Kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“ (Dengan suara yang tegas dan sorot mata yang tajam kepa Nissa serta Fatur)

MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku.. Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau Lombok, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.*

*(Prolog : Nissa)


Ibu mertua       : “Fish, jawab!.” (Dengan tegas Ibu mertua Niss langsung memintanya untuk menjawab)

(Adegan sekaligus Prolog yang mengiringi  :  Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas).

Nissa                : ”Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami.” (Jawab Nissa, dengan kata lain ia rela cintanya dibagi).

Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog tersebut)

Nissa               : “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?” (Tanya Nissa dengan nada tegar.

Fatur                : ”Dia Selly!”

Nissa                : (Menarik nafas ketika mendengar jawaban yang singkat dari Fatur) ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”

Ayah mertua    : “Pernikahannya 2 minggu lagi.”

Nissa                : ”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”,

Setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar. Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku.. Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini? Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“ Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.*

*(prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog )

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu. Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)

Nissa    :  “Terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”
mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok.

Fatur    : (mengangguk sambil melihat kepala Nissa yang mulai botak akibat kanker  tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok).
            “Lain kali jangan sampai salah memakai shampoo!”

Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi.*

*(Prolog : Nissa)

Fatur    : “Sudah malam, kita istirahat yuk!“

Nissa    : “Aku sholat isya dulu baru aku tidur!” (jawabnya tenang).

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku. Aku tak tahu kalau Selly orang Manado juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog tersebut)

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku. Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku save di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan Prolog)

Fatur    : “Apakah kamu sudah siap?”

Nissa    : (Sambil menghapus air mata yang berlinang diajahnya)
“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, (perkataan nissa berhenti kerana dirinya tak sanggup meneruskan pembicaraan itu.)

 ingin menangis meledak.*

*(Prolog : Nissa )





Fatur    : “Lalu apa Bunda?”

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…*

*( Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan Prolog)

Nissa    :“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, (pinta Nissa tuk menyakini bahwa kupingnya tidak salah mendengar.)

Fatur    : (mengangguk) ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”
(sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmata Nissa, Fatur agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, Nissa hanya sedadanya saja.

Fatur    : (tersenyum) ”Kita liat saja nanti ya!”. (Fatur memeluk nissa) “Bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”. (Kemudian ia mencium kening Nissa dan Nissa langsung memeluknya erat )

Nissa    : “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.”

Nissa    : (bersujud di kaki fatur dan muncium kaki imamnya) ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis. Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog tersebut).

Fatur    : ”Bunda baik-baik saja kan?” (tanyanya dengan penuh khawatir).

Nissa    : “Bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“. (jawab nissa tenang)

Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.*

*(Prolog : Nissa)






Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku. Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku. Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku.*

*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan Prolog)

Tante Lia         : “Nissa, kamu akan selalu tegar yah sayang… tetap tersenyum, Alloh bersamamu. Semoga kamu tergolong dalam surganya Sayyidah Khadijah istri Rasululloh.” (Sambil memeluk Nissa dengan hangat dan linangan air mata)

Nissa                : “Iya tante, terimakasih atas dukunganmu. Insya Alloh, Amin.”

Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat. Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog etrsebut).


Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini? Sementara itu Selly disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog tersebut)

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana. Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)

Fatur    : “Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, (katanya sambil mengelus wajahku).

Nissa    : (tersenyum) “Ayah kita sholat lai dulu yuukk!”

Fatur    : “iya bunda sayang..”

(Setelah sholat lail)

Fatur    : “Maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Selly pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”

Nissa    : (hanya menatap fatur dengan rasa heran)
Fatur    : “Bunda, kita istirahat yuukk… kamu tidur sama aku yah?”

Nissa    : “Kamu yakin selly taka pa-apa jika ditinggal? Lagipula aku sudah terbiasa kok tidur sendiri semenjak kamu balik ke manado waktu pertama kali!”

Fatur : “iya tak apa-apa kok. Ayah lagi kangen banget sama bunda!”

Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi.

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)

Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..

Fatur    : “Bunda kok kurus?” (bertanya sambil berbisik)

Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.*

*(Prolog : Nissa)

Nissa    : “Ayah kenapa tidak tidur dengan Selly?”

Fatur    : ”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” (Dengan lembut fatur menjawab seperti itu). ”Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Manado, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda”

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.*

*(Prolog : Nissa)

Nissa    : “Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu.“

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga. Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog tersebut)

Keesokan harinya kami sampai di Jakarta. Aku merasakan kelelahan yang teramat. Aku beristirahat sejenak sambil menunggu masuk waktu sholat ashar. Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku. Aku pun dilarikan ke rumah sakit.. Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku.. Aku merasakan tanganku basah.. Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran. Ia menggenggam tanganku dengan erat..*

*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi pun sama dengan prolog yang diceritakan. Yaitu ketika nissa terbangun dari tidrnya, saat itu ia ingin mengambil air wudhu. Kepalanya terasa amat sakit dan ia merasakan kesakitan pada rahimnya yang menyiksa tubuhnya. Nissa mengaami pendarahan yang cukup parah. Fatur melihat tersebut terjadi pada Nissa dan ia langsung bertindak mengantarakan nissa ke rumah sakit. Ia menggendong Menggendong Nissa yang sangat ringan karena penyakit kanker yang menggerogotinya. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Fatur tak hentinya mengucapkan dzikir)

Fatur    : ”Bunda, Ayah minta maaf…” (Berkali-kali Fatur mengucapkan hal itu).
Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?

Nissa    : ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..” “Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.” (Dengan Suara lirih, pelan dan rasa sakit yang diderita)

Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata. Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.

Nissa    : “Asyhaduallaa illaha ilalloh… wa asyhadu anna muhamadarrrosululloh…
LA ILLAHA ILLALLOH”

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku.. Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka.. Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah. Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.*

*(Prolog :Nissa)
















(Adegan : Ketika Nissa masih dalam keadaan sehat ia sempat membuat sepucuk surat permohan maaf untuk ibu mertuanya. Dan detik-detik menjelang kematiannya nissa menitipkan surat tersebut kepada Fatur agar disampaikan pada Ibunya sendiri.)

Teruntuk Ibu Mertuaku yang sealau ku hormati,

“Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fatur tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Selly kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya. Sekali lagi aku minta maaf atas segala kesalahku pada mama. Mungkin ketika mama membaca surat ini aku telah merelakan fatur agar tetap bersama selly bersamanya. Terimakasih atas semua yang mama berikan.


Menantumu,


Nissa






















SCENE 2 : FATURRAHMAN

(Adegan ini dilakukan Faturrahman ketika ia membuka laptop milik Nissa. Ia membaca semua catatan harian Nissa selama Nissa menjadi istrinya. Dan disitulah Faturrahman menguraikan kata demi kata hingga tercipta rangkaian cerita indah seorang wanita yang menjadi istri sholehah)

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.*

*(Prolog : Faturrahman)

Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku? Aku dihina oleh mereka ayah. Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu? Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah.. Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku.
Mengapa seperti itu ayah? Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah.. Aku diusir dari rumah sakit. Aku tak boleh merawat suamiku. Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku. Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku. Aku sangat marah.. Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan ibunya..
Aku tak mau sakit hati lagi. Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku.. Engkau Maha Adil.. Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah.. Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku.. Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu.. Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku.. Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah.. Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu. Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui. Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. Aku harus sadar diri. Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu. Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela. Tapi aku harus ikhlas menerimanya. Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya. Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku. Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir. Sebelum ajal ini menjemputku. Ayah.. aku kangen ayah.




            Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu,

Bunda.. Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Selly di Pulau Lombok ini. Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda akan selalu hidup dihati ayah.
Bunda.. Selly tak sepertimu, yang tidak pernah marah.. Selly sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya. Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu.. Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus. Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui. Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda.. maafkan aku..
Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang. Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka.
Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja. Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana? Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana? Tunggulah Ayah disana Bunda.. Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..
Ayah Sayang Bunda..

(Adegan terakhir : Setiap bulanya pun Fatur mengunjungi Pulau Lombok dimana Nissa dimakamkan. Setiap bulannya fatur selalu maenaburkan bunga mawar dan tak lupa satu tangkai mawar bewarna pink disisipkan disisi makam Nissa. Faturrahman selalu mendokan nissa semoga ia mendapatkan tempat yang layak bersama para bidadari surga. Fatur bangga akan kematian istrinya yang begitu mulia disisi Alloh. Dalam benak Fatur Nissa adalah Istri yang Solehah, dan Nissa adalah bidadari surga titipan illahi)

Selesai =)