Every moment is awesome
Jumat, 17 Februari 2012
You could be my unintended
Choice to live my life extended
You could be the one I'll always love
You could be the one who listens
To my deepest inquisitions
You could be the one I'll always love
I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken
Pieces of the life I had before
First there was the one who challenged
All my dreams and all my balance
She could never be as good as you
You could be my unintended
Choice to live my life extended
You could be the one I'll always love
I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken
Pieces of the life I had before
I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken
Pieces of the life I had before
Choice to live my life extended
You could be the one I'll always love
You could be the one who listens
To my deepest inquisitions
You could be the one I'll always love
I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken
Pieces of the life I had before
First there was the one who challenged
All my dreams and all my balance
She could never be as good as you
You could be my unintended
Choice to live my life extended
You could be the one I'll always love
I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken
Pieces of the life I had before
I'll be there as soon as I can
But I'm busy mending broken
Pieces of the life I had before
Kamis, 16 Februari 2012
Aku Mencintaimu, Suamiku (skenario amatiran : tugas sekolah)
SCENE I : Nissa
Cinta itu butuh kesabaran…Sampai
dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita??? Hari itu.. aku dengannya
berkomitmen untuk menjaga cinta kita... Aku menjadi perempuan yg paling
bahagia... Pernikahan kami sederhana namun meriah... Ia menjadi pria yang
sangat romantis pada waktu itu. Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang
shaleh, pintar, tampan & mapan pula.*
*(Prolog peran mempelai wanita : Nissa, yang mengiringi adegan
pernikahan saat Ijab-Qabul diaula megah sebuah masjid ternama dikawasan Cinere
Jakarta Selatan Masjid Dian Al-Mahri)
Faturrahman : “Saya terima nikah dan kawinnya
Henny Chairunnisa binti Yahya dengan mas kawin 21 gram dan uang tunai senilai
duapuluh satu ribu tujuh ratus sepuluh rupiah serta seperangkat alat sholat
dibayar tunai.”
Penghulu : “Bagaimana suadara-saudra? Sah?”
Saksi & Para tamu : “Sah!!” (dengan nada gembira serta
bersyukur atas sahnya pernikahan)
Penghulu : “Alhamdulillahirobbil alamin”
Saat pernikahan, kami mengenakan
busana yang indah bak seorang ratu dan raja dari timur tengah dengan aksen
busana model kebaya muslim modern berwarna merah marun yang ku kenakan
disertakan mahkota indah yang menghiasi jilbab. Suamiku mengenakan busana
pernikahan untuk pria yang berwarna dan bercorak sama dengan kebaya yang ku
kenakan. Wajahny terlihat seperti Raja yang kucintai dengan hiasan kopiah merah
marun dikepalanya yang menandakan ia akan menjadi imamku dalam keluarga ku. Nama
suamiku “Faturrahman” aku memanggil dia dengan sebutan Mas Fatur. Sekali lagi
aku mencintainya.*
*(Prolog peran
wanita : Nissa ini terjadi seiring dengan pernikahan yang megah diaula masjid
dian al-Mahri dengan resepsi pernikahan bernuansa muslim serta beraksen merah
marun bercampur warna gold)
Ketika kami berpacaran Mas Fatur
sudah sukses dalam karirnya. Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu
janjinya ketika kami berpacaran dulu... Panngilan manja Mas Fatur kepada ku
adalah Nissa itu saat kami masih dalam ikatan pacaran.*
*(Prolog Nissa)
(Adegan
: Memutar lagi waktu pada saat Nissa & Faturrahman dalam masa penjajakan.
Pada saat itu tempat yang paling disukai Nissa & Fatur ketika masih dalam
ikatan penjajakan adalah disebuah tepian danau dan padang rumput yang indah.
Disekeliling danau tersebut terdapat padang rumput yang luas dengan tumbuhnya
ilalang dan bunga-bunga yang indah. Kawasan tersebut tepatnya di desa Ciseeng,
Bogor, Jawa Barat. Mereka menghabiskan waktu berdua setiap akhir pekan ketika
libur kerja untuk saling tukar pikiran / sharing. Mereka tertawa bersama dan
melakukan hal yang menyenangkan disana. Mereka tampak bahagia)
Fatur :
“ Nissa, aku berjanji akan menjadikanmu pendamping hidupku untuk selamanya.
Karena aku mencintaimu dan kita akan segera menikah. Jika kita menikah nanti
aku berjanji kan mengajakmu berbulan madu ditanah suci. Aku berjanji dengan
janji atas izin Alloh.”
Nissa :
“Ya aku juga mencintaimu. Insya Alloh jika Alloh menghendaki rencanamu. Jika
tak bisa aku tidak menuntut apapun darimu. Karena aku mencari berapa banyak
iman dihatimu yang kamu miliki, bukan mencari berapa banyak uang yang kamu
punya untuk kita menikah dan berbulan madu dimana setelah menikah! Satu hal
yang harus kamu ketahui apapun akan kulakukan untukmu ketika kamu menjadi
imamku nanti.”
Fatur : “Aku berjanji. Hanya untukmu.”
(Adegan : Fatur dan Nissa saling menautkan jari
kelingking menandakan janji mereka yang suci hal demikian sering mereka lakukan
saat masa ikatan penjajakan mereka ataupun setelah mereka menikah).
Dan setelah menikah, aku mengajak
suamiku untuk umroh ke tanah suci... *
*(Prolog : Nissa)
(Adegan : satu minggu stelah acara pernikahan, fatur & nissa berbulan
madu ditanah suci. Pertama mereka pergi untuk melaksanakan ibadah umroh
terlebih dahulu sebelum mereka berlibur dan berbulan madu. Mereka melakukan
ibadah umroh seprti mngunjungi ka’bah berdua dengan khusuk mengenakan baju
ibadah umroh. Fatur mengenakan pakaian put h atau yang biasa disebut pakaian ihrom dan
Nissa mengenakn busana muslim gamis panjang berwarna putih dengan jilabab
putih. Setelah melakukan ibadah umroh mereka berlibur dan berbulan madu. Mereka
bermalam di mina dan melakukan hubungan suami-istri. Saling memanjakan diri
satu sama lain. Siang harinya mereka berlibur melihat sekeliling Saudi Arabia.
Mengunjungi tempat-tempat bersejarah, menunggangi onta dig urn pasir dan merka
melakukan hal-hal menyenagkan selama satu bulan di negri 1001 malam).
Aku sangat bahagia dengannya, dan
dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa
sayangnya pada ku. Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi.
Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah
dengannya.*
*(Prolog : Nissa)
(Adegan : Kehidupan rumah tangga
Nissa & Fatur sangat harmonis. Mereka tinggal dirumah berdua. Setiap fatur
pulang kerja nissa selalu menyambut fatur dengan penuh rasa ikhlas & cinta.
Nissa mencuci kaki fatur dengan air hangat saat fatur akan masuk rumah dan
nissapun langsung melayani kebutuhan fatur dengan sigap. Seperti melayani makan
malam dan saling bertukar cerita).
Faturr : “Bunda, kamu sudah sholat isya say?”
Nissa : “ Belum yah, aku menuggu kamu pulang agar kita bisa sholat
berjama’ah. Ayah mau berjama’ah kan?”
Fatur : “Iya bun aku belum sholat, usai
makan aku mandi lalu kita sholat yuuk say!”Nissa : “Iya suamiku tercinta. Aku sayang kamu.”
Fatur : “Aku juga sayang padamu”
(Adegan : Mereka melakukan
sholat berjama’ah, Kebiasaan sholat berjama’ah sering mereka lakukan dan
susainya Nissa mencium tangan suaminya dengan penuh rasa hormat dan cinta
kepada suami. Kemudian mereka saling cerita dan bertukar pikiran mengenai
hal-hal yang menarik).
Lima tahun berlalu sudah kami
menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun
kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa
memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga
kami. Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus
berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya. Alhamdulillah saat itu
suamiku mendukungku… Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga
titipan-NYA.*
*(Prolog Nissa)
(Adegan : Suatu hari seusai fatur & nissa melakukan sholat berjama’ah. Nissa
mengajak fatur untuk berbicara mengenai
sang buah hati yang ia idamkan untuk suaminya dan meramaikan keluarga kecinya)
Fatur : “Istriku tercinta, ada apa? Kok dari tadi ayah liat bunda
resah, terus mukanya tegang lagi. Bunda mau bicara sama ayah? Bunda lagi galau
yah? Heheheh
Nissa : “Ayah, bunda serius nih.
Bunda takut yah.. bunda sedih…”
Fatur : “Apa yang bunda takutkan? Kan ada ayah yang selalu nemenin bunda,
ada dolly kelinci kecil kita yang sering nemenin bunda. Bunda sedih kenpa
sayang? Ayah gak mau liat istri ayah sedih, kalo bunda sedih bunda jadi jelek
ah nagis mulu, ayah jadi ikutan seih juga kalo bunda sedih, abis istri ayah nggak
cantik lagi sih kalo nangis jadinya ayah sedih… hehehe
Nissa : “ iih, ayah bunda kesel deh
ah sama ayah.. bunda bête jadinya sama ayah!”
Fatur : “ Iya deh istriku sayang, yuuk ceritakan sama yah ada apa? Terus
apa yang bunda takutkan dan bunda tangisi?
Nissa : “Ayah, kita menikah udah hampir 5 tahun tapi sampai sekarang
bunda belum bisa memberikan ayah malaikat kecil diantara keluarga kita. Bunda
takut yah kalau sampai bunda nggak bisa memberikan yang terbaik buat ayah.
Bunda khawatir kalau sutu saat ayah ninggalin bunda karena bunda telah
dinyatakan tidak dapat memperoleh keturunan atau mandul oleh dokter. (sambil
mentikan air mata)
Fatur : “Bunda sayang, tatap mata ayah! Ayah tidak pernah memaksakan
bundakan dari awal kita pertama bertemu. Bahkan ayah pun nggak pernah
memaksakan bunda untuk segera mempunyai malaikat kecil ditengah keluarga kita
saat bahkan setelah kita menikah. Mungkin Alloh belum mempercayai kita untuk
memiliki malaikat kecil diantara kita. Lagipula bunda sekarang lagi aktif di
organisasi social, jadi jalani saja dulu dengan ikhtiar juga say. Bunda jangan
sedih lagi yah, jangan takut.. kan ada ayah yang akan menjaga bunda! Yang harus
bunda lakukan adalah terus ikhtiar dan berdo’a jika bunda mau memiliki malaikat
yang akan Alloh titipkan pada kita. Insya Alloh, apa yang bunda inginkan akan
dikehendaki Alloh, semuanya kan sudah diatur sama Alloh zat pengatur bumi.
(Adegan : saat itu fatur mengusap pipi nissa yang dibasahi air mata dan
mencium bibir nissa dengan penuh rasa cinta. Mereka saling bertukar ciuman.
Terlihat sangat mesra dan romantis).
Fatur : “Ayah terima apapun kekurangan bunda seperti bunda menerima ayah
hanya dengan iman yang ayah miliki saat kali pertama kita pacaran dulu. Bunda
yang tercantik diantara seribu bidadari, bunda jangn sedih lagi yah… ayah
sayang bunda.
Nissa : “Terimakasih yah sayang, aku
jadi nggak sedih lagi… aku juga sayang ayah…”Fatur : “Yasudah sekarang kita keliling komplek yuuk say.. kita naik sepeda.. bunda mau kan?
Nissa : “Yuuk,, bunda siap-siap dulu ya..!
Saat itu aku masih tegar masalah
utama dalam hidupku. Namun keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu
& adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…
Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku,
aku dihina-hina oleh mereka….*
*(Prolog : Nissa)
(Adegan : perlakuan kasar dari
orang tua Fatur kepada Nissa. Tidak hanya orang tua fatur tetapi adik perempuan
fatur pun memperlakukan nissa secara tidak hormat)
Suatu ketika suamiku mengalami
kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang
hampir membuat ku menjadi seorang janda itu. Ia dirawat dirumah sakit pada saat
dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang &
malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari
rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk
mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.*
*(Prolog : Nissa)
(Adegan : sesuai prolog yang
diceritakan oleh Nissa prolog tersebut mengiringi adegan yang sesuai. Mulai
dari kecelakaan yang terjadi pada fatur di jalan tol ketika pulang dari tugas
ke luar kota. Hinnga fatur dirawat dirumah sakit dalam kondisi yang parah. Ssat
itu fatur sempat mengalami koma panjang akibat pendarah yang dialaminya
dibagian hidung dan kepala. Dua pekan fatur tidak sadarkan diri dan stiap
harinya Nissa yang menemani fatur siang & malam sambil membacakan ayat-ayat
suci al-qur’an. Selain itu nissa juga sibuk bolak-balik rumah sakit dengan
tempat ia melakukan aktifitasnya)
Hari ke 14 suamiku dirawat dirumah
sakit. Ketika itu aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah untuk
menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan untuk merawat suamiku. Saat itu aku
melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan
disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol
dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku. Alhamdulillah suamiku
ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi
aku tak boleh sedih di hadapannya.*
*(Prolog : Nissa)
(Adegan yang terjadi persis sesuai prolog nissa diatas)Nissa : “Assalammu’alaikum” (sambil membuka pintu)
Fatur : “Walaikumsalam warohmatulloh”
(Adegan : saat itu hanya fatur yang menjawab salam nissa. Bahkan ibu mertua nissa dan adik iparnya tidak menjawab salam dari nissa malah mereka hanya melontarkan pandangan sinis kepada nissa. Nissa berdiam sejenak didepan pintu dan semua orang di kamar rumah sakit fatur memandinginya. ).
Suamiku menatapku penuh manja,
mungkin ia kangen padaku karena sudah 13 hari mata nya selalu tertutup.
Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. *
*(Prolog : Nissa)
(Adegan : Nissa menghampiri fatur dan mencium tangannya. Nissa tersenyum
melihat wajah fatur yang telah pulih dari komanya. Begitupun dengan Fatur yang
menatap wajah Nissa dengan penuh kemanjaan sang suami kepada Istri. Kondisi
tersebut karena Fatur amat rindu kepada Nissa istrinya karena sudah lama ia tak
melihatny istrinya. Hal tersebut terjadi karena Fatur mengalami masa koma yang
panjang selama dua pekan. Kemudian ibu fatur berbicara kepada nissa kali ini
beliau mengenalakna nissa kepada temanya fatur)Ibu Mertua : “Nis, kenalkan ini Selly teman Fatur”.
Nissa : “ ohh,, salam kenal saya Nissa (berjabat Tangan
dengan Selly perempuan yang dikenalkan pada Nissa)
Aku teringat cerita dari suamiku
bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Selly dan dia
sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan
orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku
bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.*
*(Prolog : Nissa)
(Adegan Sesuai dengan Prolog)
Aku sibuk membersihkan &
mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya,
tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Febri mengajakku keluar, ia minta ditemani
ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.*
*(Prolog : Nissa. dengan adegan yang sesuai prolog tersebut)
Febri : ”Lebih baik kau pulang saja,
ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”
Nissa : “Kenapa? Fatur suamiku, dan kewajibanku sebagai seorang istri
adalah merawatnya disaat ia sedang membutuhkan.”
Febri : “Sudahlah lebih baik kau istirahat saja. Lagi pula akhir-akhir
ini kau terlihat pucat dan kurus. Kelopak matamu pun terlihat kehitaman karena
kurang tidur. Kami tidak memerlukan bantuanmu lagi. Pergi sajalah kau. Mama
yang menyuruhku untuk memulangkanmu!”
Nissa : “Baiklah jika itu yang kau
inginkan, aku akan pamit dengan suamiku!”Febri : “Tidak, kau langsung pulang saja. Kau tidak peru pamit pada Abang.”
Nissa : “Memangnya kenapa? Mas Fatur kan suamiku. Segala sesuatu tentang
aku dia harus tau.”
Febri : “Niss, kamu ini orang yang keras kepala yah.. lebih baik kau
langsung pulang saja biar nanti aku yang menyampaikannya pada abang.”
Nissa : “Maksudmu apa sih? Memangnya salah yah kalau aku berpamitan pada
suamiku? Apa hak kamu melarangku?
(Adegan : Nissa dan Febri saling berdebat hebat di kantin rumah sakit hingga
orang disekelilingnya pun melihat. Kemudian ibu mertua Nissa pun datang).
Ibu Mertua : “Ada apa ini kalian saling bertengkar
ditempat umum seperti ini? Nissa, kenapa kau tidak menurut dengan apa yang
febri katakan? Dasar kamu perempuan tidak tahu diri berani menentang semua
perkataan yang ku perintahkan melalui febri. Nantinya juga febri akan
menyampaikan alasan pada Fatur mengapa kamu pulang. Sekarang aku sudah muak
padamu. Lebih baik kamu pulang atau kamu harus pisah dengan Fatur!!” (dengan
suara lantang dan keras serta ekspresi wajah marah kepa nissa)
Akhirnya aku pun pergi meninggalkan
rumah sakit itu dengan linangan air mata. Nantinya pun suamiku juga menurut apa
yang akan dikatakan orang tuanya. Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan
menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa
menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)
Hari itu.. aku menangis tanpa sebab,
yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan
yang lain. Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku
memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk
di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air
mancur itu.*
*(Prolog : Nissa. dengan adegan yang sesuai prolog tersebut)
Nissa : “Ada apa kamu memanggilku?” Fatur : “Besok aku akan menjenguk keluargaku di Manado”
Nissa : “Iya sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di
travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?”
Fatur : “Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana,
aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah
dan aku akan pulang dengan mama ku” (Jawab Fatur dengan tegas)
Nissa : “Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu
disana?” (tanya nissa balik kepada fatur penuh dengan rasa penasaran dan
sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu,
padahal nissa telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya).
Fatur : “Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti.” (jawabnya
tegas). ”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu
tidak bertemu, ya kan?”, (lanjut fatur
sambil memeluk Nissa dan mencium kening nissa.
Hatiku sedih dengan keputusannya,
tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya. Bahagianya aku dimanja dengan suami yang
penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil
terhadapku. Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku,
tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku
karena suamiku sangat sayang padaku. Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg
pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga
kami. Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus
komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya
harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan
aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)
Malam sebelum kepergiannya, aku
menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Manado, ia
menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat
dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi
aku tidak tahu apa yang akan terjadi.*
*(Prolog : Nissa. dengan adegan yang sesuai prolog tersebut)
Fatur : “Bunda sayang, jangan mengis. apapun yang terjadi ayah akan
tetap mencintai bunda dengan sepenuh hati. Ingat janji kita awal bertemu.
Bahagia berdua samapi surga. (fatur mengacungkan kelingkingnya agar nissa dapat
menautkan kelingnya. Dan mereka saling menautkan jari kelingking).
Aku hanya bisa menangis karena akan
ditinggal pergi olehnya. Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena
kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi. Apa mungkin aku sedih karena aku
sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah
teman mengobrolku. Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya. Sampai
keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu
mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka.
Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)
Berjauhan dengan suamiku, aku merasa
sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan
sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke
Manado. Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun
jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan
aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan.
Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku
disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.*
*(Prolog : Nissa. Adegan terjadi sesuai dengan prolog tersebut.
Nissa mengalami pendarahan yang banyak hingga dirinya sempat tak sadarkan diri
ketika pendarahan tersebut terjadi.)
Dokter : “Ibu Nissa, sbenarnya saya harus
mengatakan hal buruk yang terjadi pada diri anda. Terutama pada bagian dimana
anda mengalami rasa sakit. Yaitu bagian rahim anda. Tetapi saya harus mengatak ini
pada suami anda terlebih dulu. Boeh saya tau siapa yang menemani anda saat ini?
Nissa : “Suami saya sedang pulang ke kampong
halamanya dok di Manado. Lebih baik dokter bilang saja pada saya lansung apa
yang terjaid pada diri saya? Insya Alloh nanti saya akan menyampaikannya pada
suami saya.”
Dokter : “Ibu mengalami kanker mulut rahim. Ini
sangat membahayakan nyawa ibu dan kami telah mendiagnosa bahwa ibu tidak dapat
memiliki keturunan.
Aku menangis.. apa yang bisa aku
banggakan lagi.. Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang
selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa
memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku. Aku kangen
pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia
segera pulang?” aku tak tahu.. Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa
ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan
kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku.. Lebih baik aku tutupi dulu
tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di
Manado. Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Manado, aku akan
cerita padanya.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)
Setiap hari aku menanti suamiku
pulang, hari demi hari aku hitung… Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu
ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms
yang masuk. Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms. Ia
menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku
akan kabarin lagi”. Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku
pendam saja ego yang tidak baik ini.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)
Hari yg aku tunggu pun tiba, aku
menantinya di rumah. Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan
memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku
juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini. Bel
pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum
masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku
membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak
mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami. Setelah itu akupun berdiri
langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya.. Masya Allah.. ia tidak mencium
keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan
tidur tanpa bertanya kabarku.. Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun
segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3
malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihatnya tidur sangat pulas,
aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium
keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog)
Aku mendengar suara mobilnya, aku
terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap
untuk pergi.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan prolog tersebut).
Nissa : “Ayah, ayah… ayah mau kemana???” (Nissa memanggil Fatur
dengan nada yang agak keras tetapi Fatur tak mendengarkannya)
Kemudian aku ambil jilbabku dan aku
berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku
untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi. Aku merasa ada yang aneh dengan
suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?
Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu
juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Febri yang mengangkat
telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan
suamiku.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)
(Percakapan dalam telepon antara Nissa dengan Febri)
Nissa : “Assalamu’alaikum”
Febri : “Walaikumsalam. Ada
apa niss?
Nissa : “Febri mas fatur ada dirumah mama yah? Tadi
dia langsunh pergi pagi-pagi sekali tanpa pamit dan mendengarkan suara
panggilan ku. Kenapa yah feb? ada apa sama mas fatur?” (dengan nada khawatir
dan cemas)
Febri : “Loe pikir aja
sendiri!!!”. (Telpon pun langsung terputus dengan suara gebrakan tutup telpon
yang nyaring)
Ada apa ini? Tanya hatiku penuh
dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota
kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.*
*(Prolog : Nissa)
(Adegan : Pagi hari Nissa ingin mencoba melakukan pendekatan kepada
Fatur. Hal itu dilakukan karena Nissa merasa perubahan total terhadap diri Fatur.
Nissa membuatkan sarapan roti isi keju, makan paforit Fatur. Lau Nissa mengajak
Fatur untuk berkeliling komplek dengan sepedah.
Nissa : “Ayah, bunda udah buatkan sarapan nih buat
ayah… roti keju ala bunda… stelah sarapan kita keliling kompek naik sepeda yuuk
say….
Fatur : “Terimaksih, tapi
pagi ini aku merasa kenyang. Dan aku sedang tidak ingin keliling komplek pagi
ini.
Semakin hari ia menjadi orang yang
pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami
hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku
dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras.
Suamiku telah berubah. Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya
berzina dengan mantan pacarku.*
*(Prolog : Nissa)
(Adegan : Sore hari nissa pulang terlambat setengah jam dari hari
biasanya. Karena perjalanan pulang dari tempat sosial yang menjadi aktiftasnya
sehari-hari macet total. Sesampainya dirumah Nissa disambut dengan Fatur yang
memasang wajah tak enak dipandang).
Fatur : “Darimana? Kenpa
terlambat lama sekali?” (Dengan intonasi suara yang sinis dan tidak enak)
Nissa : “Aku dari tempat santunan yah. Tadi di
tendean macet jadi aku terlamabat setengah jam dari hari biasa.
Fatur : “Pulang sama siapa
kamu?”
Nissa : “Aku pulang sama
teman ku. Tadi kami naik bus kota bersamaan.”
Fatur : “Jangan bohong. Jawab jujur, kamu pasti
pulang sama Taqi kan? Mantan pacarmu itu. Seama ini kamu bersamnya kan? Kamu
selingkuh kan dengan dia?” (dengan nada membentak dan kasar)
Nissa : “Astagfirulloh aladzim,, yah istighfar..
Bunda jalan sama Desty teman baikku. Bunda tidak pernah mengkhianati ayah. Bunda
mencintai ayah dan Bunda tidak pernah berbohong. (dengan muka yang sedih dan
tangan yang hampir saja menampar Fatur)
Ingin rasanya aku menampar suamiku
yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun
salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang
aku pegang. Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.*
*(Prolog : Nissa)
Dua tahun berlalu, suamiku tak
kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini,
kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan. Kemesraan yang kami
ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap
merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku
simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang
aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku
pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir. Bersyukurlah.. aku punya
penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak
perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya
berobat semampuku. Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan,
sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu
menyuruhku untuk berpikir sendiri.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sama persis dengan prolog tersebut)
(Adegan : Suatu malam setelah makan malam, Fatur mengajak Nissa
untuk berbicara hal penting. Itu adalah ajakan kali pertamnya Fatur kepada
Nissa setelah terdiam dan bersikap dingin selama dua tahun lamanya)
Fatur : “Niss, ada hal
penting yang harus aku bicarakan padamu!
Nissa : “Ya, ada apa Yah!” (sahutku
Nissa memanggil nama kesayangan Fatur “Ayah”)
Fatur : “Lusa kita
siap-siap ke Manado ya.” (Jawabnya tegas)
Nissa : “Ada apa? Mengapa?”
(sahut Nissa penuh dengan keheranan)
Fatur : “”Kau ikut saja
jangan banyak tanya!!” (jawab fatur dengan bentakkan pada Nissa)
Astaghfirullah.. suami ku yang dulu
lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan
diskusi antara kami.*
*(Prolog : Nissa. Adegan terjadi sesuai dengan prolog)
Lalu aku pun bersegera mengemasi
barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku
kini tak ku kenal lagi. Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2
tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat
penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat
dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku
berontak berteriak, tapi aku tak bisa. Suamiku tak suka dengan wanita yang
kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang
perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa
bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam
kesendirianku..*
*(Prolog : Nissa. Adegan terjadi sesuai dengan prolog)
Kami telah sampai di Manado, aku
masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir.
Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya.
Aku tidak tahu ada acara apa ini.. Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami.
Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung
dengan keluarga besarnya. Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin
memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua
yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat
baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai yang terjadi pada prolog tersebut)
Tante Lia : “Nissa,
bagaimana kabarmu? Lama aku tidak melihatmu.”
Nissa :
“Alhamdulillah, aku baik-baik saja tante. Bagaimana dengan tante dan keluarga
disini?
Tante Lia : “Alhamdulillah. Tante dan sekelurga
baik-baik saja. Ohya kita keluar ruang tengah yuukk nis, kelurga besar Fatur
sudah berkumpul. Ada hal yang ingin dibicarakan denganmu niss!”
Nissa : “Baiklah.” (dengan hati yang
takut serta persaan khwatir yang tergambar jelas di wajahnya nissa pun keluar
menuju ruang tengah)
Aku pun menuju ke ruang keluarga
yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman
peninggalan belanda. Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk
penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya. Tiba-tiba saja
neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya,
membuka pembicaraan.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog yang
diceritakan tersebut)
Nenek : “Baiklah, karena kalian telah berkumpul,
nenek ingin bicara dengan kau Nissa”. (Neneknya berbicara sangat tegas, dengan
sorot mata yang tajam).
Nissa : ”Ada
apa ya Nek?” (sahut Nissa dengan penuh tanya)
Nenek : “Kau telah bergabung dengan
keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda
kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“. (Jawab nenek
dengan nada tegas)
Aku menangis.. untuk inikah aku
diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog
tersebut)
Nenek : “Sebenarnya kami sudah punya
calon untuk Fatur, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fatur anak
yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” (Neneknya
berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Manado seperti itu semua. Nissa
hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suaminya, Fatur yang kosong matanya.
Lalu nenek melanjutkan pembicaraanya).
Nenek : “Dan aku dengar dari ibu mertuamu
kau pun sudah berkenalan dengannya”, (neneknya masih melanjutkan pembicaraan
itu. Sedangkan Fatur hanya terdiam saja)
Aku mlihat air mata yang mengalir di
wajah suamiku. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku
tak punya keberanian itu. Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang
terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog
tersebut)
Nnenek : “Kau maunya gimana? kau dimadu atau
diceraikan?“ (Dengan suara yang tegas dan sorot mata yang tajam kepa Nissa
serta Fatur)
MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku
ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa
keluarganya bersikap seperti ini terhadapku.. Aku selalu munutupi masalah ini dari
kedua orang tuaku yang tinggal di pulau Lombok, mereka mengira aku sangat bahagia
2 tahun belakangan ini.*
*(Prolog : Nissa)
Ibu mertua : “Fish,
jawab!.” (Dengan tegas Ibu mertua Niss langsung memintanya untuk menjawab)
(Adegan sekaligus Prolog yang mengiringi : Aku
langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku
menjawab dengan tegas).
Nissa : ”Walaupun aku tidak bisa
berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui
bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik
seorang wanita baru dirumah kami.” (Jawab Nissa, dengan kata lain ia rela
cintanya dibagi).
Dan pada saat itu juga suamiku memandangku
dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan
mereka.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog
tersebut)
Nissa : “Ayah siapakah yang akan menjadi
sahabatku dirumah kita nanti, yah?” (Tanya Nissa dengan nada tegar.
Fatur : ”Dia
Selly!”
Nissa : (Menarik nafas ketika mendengar
jawaban yang singkat dari Fatur) ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang
harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”
Ayah mertua :
“Pernikahannya 2 minggu lagi.”
Nissa : ”Baiklah kalo begitu saya akan
menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan
besok”,
Setelah berbicara seperti itu aku
permisi untuk pamit ke kamar. Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku
berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat
tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal
ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku.. Apakah karena
ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini? Aku
berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil
bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“ Ku ambil sisirku, aku
menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku
memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah
botak dibagian tengahnya.*
*(prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog )
Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka,
ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini,
aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu. Kami diam sejenak, lalu
aku mulai pembicaraan.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)
Nissa : “Terima
kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat
ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”
mengangguk
sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa
rambutku rontok.
Fatur : (mengangguk sambil melihat kepala Nissa
yang mulai botak akibat kanker tapi tak
sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok).
“Lain kali jangan sampai salah memakai shampoo!”
Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia
sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi.*
*(Prolog : Nissa)
Fatur : “Sudah malam, kita
istirahat yuk!“
Nissa : “Aku sholat isya
dulu baru aku tidur!” (jawabnya tenang).
Dalam sholat dan dalam tidur aku
menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku
pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku. Aku tak tahu kalau Selly orang
Manado juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti
dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog
tersebut)
Malam sebelum
hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku. Di laptop aku
menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah
menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa
salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku save di mydocument yang
bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)
Hari pernikahan telah tiba, aku
telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku
melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi.
Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian
pengantinnya masuk dan berbicara padaku.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan Prolog)
Fatur : “Apakah kamu sudah
siap?”
Nissa : (Sambil menghapus
air mata yang berlinang diajahnya)
“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk
kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu
ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya
sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, (perkataan
nissa berhenti kerana dirinya tak sanggup meneruskan pembicaraan itu.)
ingin menangis meledak.*
*(Prolog : Nissa )
Fatur : “Lalu apa Bunda?”
Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika
aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…*
*( Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan Prolog)
Nissa :“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan
barusan?”, (pinta Nissa tuk menyakini bahwa kupingnya tidak salah mendengar.)
Fatur : (mengangguk) ”Baik
bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”
(sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmata Nissa, Fatur agak
sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, Nissa hanya sedadanya saja.
Fatur : (tersenyum) ”Kita liat saja nanti ya!”. (Fatur
memeluk nissa) “Bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain
mama”. (Kemudian ia mencium kening Nissa dan Nissa langsung memeluknya erat )
Nissa : “Ayah, apakah ini akan segera berakhir?
Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen
belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah?
Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu..
waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan
bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang
aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.”
Nissa : (bersujud di kaki fatur dan muncium kaki
imamnya) ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.
Saat itu juga, diangkatnya badanku..
ia hanya menangis. Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya
kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres
denganku.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog
tersebut).
Fatur : ”Bunda baik-baik
saja kan?” (tanyanya dengan penuh khawatir).
Nissa : “Bisa memeluk dan melihat kamu kembali
seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“.
(jawab nissa tenang)
Karena dia akan menikah. Aku tak mau
membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah
tersebut.*
*(Prolog : Nissa)
Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul
pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku. Aku melihat suamiku duduk
berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak
mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku. Jantung ini
berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai,
aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku.*
*(Prolog : Nissa. Adegan sesuai dengan Prolog)
Tante Lia : “Nissa, kamu akan selalu tegar yah
sayang… tetap tersenyum, Alloh bersamamu. Semoga kamu tergolong dalam surganya
Sayyidah Khadijah istri Rasululloh.” (Sambil memeluk Nissa dengan hangat dan
linangan air mata)
Nissa : “Iya
tante, terimakasih atas dukunganmu. Insya Alloh, Amin.”
Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.
Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang
hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan
sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu..
hatiku menangis.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog
etrsebut).
Sampai dirumah, suamiku langsung
masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan
perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini? Sementara itu Selly
disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di
musuhi.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog
tersebut)
Malam ini aku tak bisa tidur,
bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui.
Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana. Sepertiga malam pada
saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada
lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat.
Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa,
aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia
memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)
Fatur : “Kamu datang ke
sini, aku pun tahu”, (katanya sambil mengelus wajahku).
Nissa : (tersenyum) “Ayah
kita sholat lai dulu yuukk!”
Fatur : “iya bunda
sayang..”
(Setelah sholat lail)
Fatur : “Maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu,
kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Selly
pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”
Nissa : (hanya menatap
fatur dengan rasa heran)
Fatur : “Bunda, kita
istirahat yuukk… kamu tidur sama aku yah?”
Nissa : “Kamu yakin selly taka pa-apa jika ditinggal?
Lagipula aku sudah terbiasa kok tidur sendiri semenjak kamu balik ke manado
waktu pertama kali!”
Fatur : “iya tak apa-apa kok. Ayah lagi kangen banget sama bunda!”
Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama
ini tidak terjadi.
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog)
Ya Allah.. apakah Engkau akan
menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah
merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk
merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..
Fatur : “Bunda kok kurus?”
(bertanya sambil berbisik)
Aku menangis dalam kebisuan.
Pelukannya masih bisa aku rasakan.*
*(Prolog : Nissa)
Nissa : “Ayah kenapa tidak
tidur dengan Selly?”
Fatur : ”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau
menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” (Dengan
lembut fatur menjawab seperti itu). ”Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan
bunda.. Selama ayah di Manado, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai
ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu
lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya
kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda
kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah
berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus
ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda”
Hati ini sakit ketika difitnah oleh
suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan
keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan
seumur hidupku ini.*
*(Prolog : Nissa)
Nissa : “Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak
pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar
hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan
darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap
hari menangis karena menderita mencintaimu.“
Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku
sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan
suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga. Karena aku
tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi sesuai dengan prolog
tersebut)
Keesokan harinya kami sampai di
Jakarta. Aku merasakan kelelahan yang teramat. Aku beristirahat sejenak sambil
menunggu masuk waktu sholat ashar. Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil
wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan
suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku. Aku pun dilarikan ke rumah
sakit.. Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku.. Aku merasakan
tanganku basah.. Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan
rasa kekhawatiran. Ia menggenggam tanganku dengan erat..*
*(Prolog : Nissa. Adegan yang terjadi pun sama dengan prolog yang
diceritakan. Yaitu ketika nissa terbangun dari tidrnya, saat itu ia ingin
mengambil air wudhu. Kepalanya terasa amat sakit dan ia merasakan kesakitan
pada rahimnya yang menyiksa tubuhnya. Nissa mengaami pendarahan yang cukup
parah. Fatur melihat tersebut terjadi pada Nissa dan ia langsung bertindak
mengantarakan nissa ke rumah sakit. Ia menggendong Menggendong Nissa yang
sangat ringan karena penyakit kanker yang menggerogotinya. Sepanjang perjalanan
menuju rumah sakit, Fatur tak hentinya mengucapkan dzikir)
Fatur : ”Bunda, Ayah minta
maaf…” (Berkali-kali Fatur mengucapkan hal itu).
Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?
Nissa : ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin
bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..” “Ayah jangan
berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.” (Dengan
Suara lirih, pelan dan rasa sakit yang diderita)
Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas,
kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan
suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata. Sebelum mata ini
tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.
Nissa : “Asyhaduallaa illaha ilalloh… wa asyhadu
anna muhamadarrrosululloh…
LA ILLAHA ILLALLOH”
Aku bahagia melihat suamiku punya
pengganti diriku.. Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami
menikah. Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.*
*(Prolog :Nissa)
(Adegan : Ketika Nissa masih dalam keadaan sehat ia sempat membuat
sepucuk surat permohan maaf untuk ibu mertuanya. Dan detik-detik menjelang
kematiannya nissa menitipkan surat tersebut kepada Fatur agar disampaikan pada
Ibunya sendiri.)
Teruntuk Ibu Mertuaku yang
sealau ku hormati,
“Maafkan aku telah hadir
didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma..
dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau
fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau
sangat cemburu padaku Ma? Fatur tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya
untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan
dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Selly kau sangat baik tetapi
denganku menantumu kau bersikap sebaliknya. Sekali lagi aku minta maaf atas
segala kesalahku pada mama. Mungkin ketika mama membaca surat ini aku telah
merelakan fatur agar tetap bersama selly bersamanya. Terimakasih atas semua
yang mama berikan.
Menantumu,
Nissa
SCENE 2 : FATURRAHMAN
(Adegan ini dilakukan Faturrahman ketika ia membuka laptop milik
Nissa. Ia membaca semua catatan harian Nissa selama Nissa menjadi istrinya. Dan
disitulah Faturrahman menguraikan kata demi kata hingga tercipta rangkaian
cerita indah seorang wanita yang menjadi istri sholehah)
Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.*
*(Prolog : Faturrahman)
Ayah,
mengapa keluargamu sangat membenciku? Aku dihina oleh mereka ayah. Mengapa
mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu? Pernah suatu ketika aku
bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut
dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah.. Tapi ketika engkau
bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan
yang sangat menghormatiku.
Mengapa
seperti itu ayah? Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu
kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah.. Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku. Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan
mertuaku. Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku. Aku sangat
marah.. Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi
dan ibunya..
Aku tak
mau sakit hati lagi. Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku.. Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah.. Ayah sudah berubah, ayah sudah tak
sayang lagi pada ku.. Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan
bermanja-manja lagi padamu.. Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah
ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku.. Aku bisa
melakukan ini semua sendiri ayah.. Besok suamiku akan menikah dengan perempuan
itu. Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui. Tapi aku tak boleh egois, ini
untuk kebahagian keluarga suamiku. Aku harus sadar diri. Ayah, sebenarnya aku
tak mau diduakan olehmu. Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah..
aku masih tak rela. Tapi aku harus ikhlas menerimanya. Pagi nanti suamiku
melangsungkan pernikahan keduanya. Semoga saja aku masih punya waktu untuk
melihatnya tersenyum untukku. Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang
terakhir. Sebelum ajal ini menjemputku. Ayah.. aku kangen ayah.
Dan kini aku telah
membawamu ke orang tuamu,
Bunda..
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Selly di Pulau Lombok ini. Aku
akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan
keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda
tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda
akan selalu hidup dihati ayah.
Bunda..
Selly tak sepertimu, yang tidak pernah marah.. Selly sangat berbeda denganmu,
ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya,
kakiku pun tak pernah dicucinya. Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2
tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu.. Seandainya
Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian
tangan Bunda yang halus. Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan
bunda..
Bunda,
kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui. Aku menyesal telah asik
dalam ke-egoanku..
Bunda..
maafkan aku..
Bunda
tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang. Maafkan
aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa
kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka.
Maafkan
aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja. Apakah Bunda
akan mendapat pengganti ayah di surga sana? Apakah Bunda tetap menanti ayah
disana? Tetap setia dialam sana? Tunggulah Ayah disana Bunda.. Bisakan? Seperti
Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..
Ayah Sayang Bunda..
(Adegan terakhir : Setiap bulanya pun Fatur mengunjungi Pulau
Lombok dimana Nissa dimakamkan. Setiap bulannya fatur selalu maenaburkan bunga
mawar dan tak lupa satu tangkai mawar bewarna pink disisipkan disisi makam
Nissa. Faturrahman selalu mendokan nissa semoga ia mendapatkan tempat yang
layak bersama para bidadari surga. Fatur bangga akan kematian istrinya yang
begitu mulia disisi Alloh. Dalam benak Fatur Nissa adalah Istri yang Solehah, dan
Nissa adalah bidadari surga titipan illahi)
Selesai =)
Langganan:
Postingan (Atom)